Langsung ke konten utama

Bob Sadino dan Cerita Sukses-Berbagi Pengalaman-Profil



Bob Sadino
Pengusaha Berdinas Celana Pendek

Pria berpakaian ”dinas” celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket), ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha sukses.

Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang cukup besar.

Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Anak Guru

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.

”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.

Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.

Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.

Orang Goblok aja bisa sukses !?

Orang Goblok aja bisa sukses !?

Menurut Bob Sadino, goblok adalah sikap dasar kalau mau belajar menjadi seorang pewirausaha. Karena, nantinya akan banyak ditemui fenomena, kejadian, pengetahuan, atau ilmu baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Seseorang yang sudah merasa pandai, menurut Bob, sebenarnya telah memenggal kepalanya sendiri.

“Beruntung saya goblok seperti ini. Kalau saya pinter, saya makin tidak berani menjadi entrepreneur. Karena semakin tahu risikonya, semakin saya takut untuk mencobanya. Dus, yang menjadi pembeda dan ciri sukses seorang entrepreneur adalah keberanian menantang risiko,” cetus Bob.

Bob mengingatkan untuk selalu berusaha membangun keberanian menantang risiko. Cobalah apa yang menurut anda dapat dilakukan dan bisa dilakukan. Jangan sampai menunggu sampai kesempatan hilang.

Tuhan sangat adil memberikan kesempatan kepada semua manusia. “Yang berhasil dan sukses adalah mereka yang berani mengambil kesempatan,” ujarnya. sumber: majalah wirausaha dan keuangan


MAKNA SUKSES BAGI BOB SADINO

Sukses bagi seorang entrepreneur sejati seperti Bob Sadino, ternyata begitu sederhana.

“Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya dapat makan, saya sudah sukses,” ungkap bos Kemchicks Group ini.

Ia bilang, banyak orang tidak pernah memahami arti sepiring nasi. Makan dianggap sebagai kewajaran jika orang tidak punya masalah untuk mendapatkan makanan. Tapi bagi orang yang pernah lapar, pernah tidak makan, sepiring nasi mempunyai arti yang sangat besar dan sangat mendalam. “Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini,” tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di Jakarta dengan upah Rp100 per hari.

Bob, yang lulus SMA tahun 1953 itu mengkritik keras kecenderungan para orang tua yang malas mendidik sendiri anak-anaknya. Para orang tua itu melepaskan tanggung jawab mendidik anak dan seenaknya membebankan tugas itu pada sekolah. Akhirnya, sering mereka memaksakan kehendak pada anak-anak dalam hal memilih jenis pendidikan. Padahal, kata pengusaha gaek yang pernah ikut-ikutan temannya kuliah di Fakultas Hukum UI ini, semua anak bebas menentukan pilihan. Namun itulah egoisnya orang tua. Tanpa sadar mereka sedang memperkosa pikiran anak-anak.

Bagi Bob, keteladanan sangat bermakna untuk membangun mental seseorang. “Bukan dengan memicu dan memacu, karena banyak orang yang tidak mau dipicu dan dipacu,” tegas Bob. Ia mengaku sangat keras dalam mendidik anak-anaknya, tetapi juga memberi pilihan sebebas-bebasnya. Disiplin harus ditegakkan, tapi kemandirian juga harus ditumbuhkan. Itulah semangat Bob dalam menggerakkan para karyawan di Kemchicks Group, yang mana mereka dianggapnya sebagai anak-anak sendiri.Teramat sayang jika orang hanya mengingat seorang Bob Sadino sebagai pengusaha nyentrik, yang kemana-mana pakai celana pendek. Makin digali, makin ketemulah sosoknya sebagai seorang Master Kehidupan. Bahasanya bernuansa sufistik. Ungkapan-ungkapan yang sederhana, lugas, dan kadang provokatif namun kaya makna itu, menjadikannya bak seorang “Guru Zen” dalam hal bisnis. “Saya ini seperti sebuah gitar tua di atas meja. Apakah saya bisa mengalunkan irama yang indah atau buruk, tergantung siapa yang memetiknya,” ungkap Bob saat didesak untuk mengeluarkan seluruh `ilmunya’ oleh Edy Zaqeus.

Kalau pikiran ini kita umpamakan sebuah cangkir teh, maka kita tak bakalan pernah bisa mengenal “tehnya” Bob Sadino, jika kita tak lebihdulu mengosongkan cangkir itu. Berikut petikan wawancara antara Bob Sadino, sang “Guru Zen” bisnis, dengan salah satu pengagumnya, Edy Zaqeus.

Wawancara berlangsung sepanjang perjalanan dari rumah Bob di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sampai di kantornya di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Wawancara ini merupakan salah satu bab dari buku best seller berjudul Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah! (Gradien, 2004)



MODAL SERING MENJADI HAMBATAN BAGI YANG INGIN BERWIRAUSAHA. PANDANGAN ANDA?

Rata-rata kalau orang bicara modal, langsung otaknya bilang duit. Orang yang lebih canggih lagi, kalau bukan duit ya benda-benda modal seperti pacul, pikulan, atau becak. Itu modal yang bisa dilihat, dipegang,dirasakan, modal tangible. Ada modal yang tidak bisa dilihat, dirasakan, dipegang. Umpamanya modal keberanian, kemauan, tekad. Saya pribadi, dari mana mulainya? Ya, dari yang tidak kelihatan tadi.

SOAL KETIDAKBERANIAN MENGAMBIL RISIKO, JIKA BERDASARKAN PERHITUNGAN RISIKONYA TERLALU BESAR.

KOMENTAR ANDA?

Karena saya berangkat tanpa perhitungan apa-apa, bagaimana saya mau mengitung kalau duit saya tidak punya? Modal saya hanya kemauan, tapi saya punya kaki punya tangan, terus saya melangkah, saya berbuat!

APA CUKUP MENGANDALKAN KEBERANIAN AMBIL RISIKO SAJA?

Salah satunya iya. Kalau orang biasanya menghindari risiko, saya masuk kategori orang yang mencari risiko, kan? Masa bodoh akibatnya, yang saya cari itu risiko. Silahkan terjemahkan.

PERNAH MENGALAMI KEGAGALAN DALAM USAHA?

Ini pertanyaan yang sangat lucu Kegagalan itu sudah termasuk dalam usaha. Cari risiko berarti cari kegagalan, kan? Berusaha itu modalnya bukan duit. Duit itu nomor ke seratus kali!

SOAL MENTAL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT KITA?

Rata-rata orang Indonesia masih berpikir untuk jadi pegawai saja. Termasuk mereka yang sudah selesai sekolah, sarjana-sarjana itu. Kebanyakan orang tidak mau dipicu dan dipacu mental kewirausahaannya. Karena tidak mau, ya pendekatannya harus beda. Ya, keteladanan saja. Kalau orang melihat Anda berhasil, Anda hanya bisa berharap orang lain mengikuti Anda. Itu saja!

BUKANKAH ITU PASIF?

Memangnya kita bisa maksa orang? Kamu mau nggak dipaksa? “Kamu besok berhenti saja jadi wartawan, kamu ikuti jejak saya, mau nggak kamu?!”

KONON DALAM USAHA PERLU `NALURI BISNIS’ (INSTINCT) ATAU FEELING. ANDA SENDIRI?

Dari pengalaman, saya tidak mengatakan bahwa instinct atau feeling itu faktor. Mungkin ada, Mungkin! Tapi itu kan sesuatu yang tidak ada jaminannya? Yang orang katakan feeling bagi saya, sebenarnya adalah karena saya sudah melangkah 999 langkah. Maka langkah saya yang ke-1000 itu, yang sebetulnya langkah berikutnya, itulah yang dikatakan orang instinct atau feeling.

KALAU SOAL `HOKI’ ATAU KEBERUNTUNGAN?

Berapa persen sih orang yang bisa menyandarkan dan mengandalkan sebuah sukses dari faktor hoki? Kenapa nggak dilaksanakan saja, dijalankan saja? Mungkin hoki datang sejajar dengan itu, dengan sendirinya. Kalau orang sejak awal percaya dirinya tidak bisa berhasil, maka seumur hidupnya, sepanjang hayatnya, dia tidak akan pernah berhasil.

BAGAIMANA DENGAN LEADERSHIP DALAM MENGHIDUPKAN

USAHA?

Kalau ditanya definisinya saya nggak bisa jawab. Kalau ditanya hasilnya, saya punya 1.600 orang anak-anak. Mereka itu anak-anak, saya bapaknya, itu saja! Nggak pakai resep. Mereka itu mbututi (mengikuti) saya kok.Jika kamu belum menikah, belum punya istri, belum punya anak, maka apa pun

yang saya terangkan tentang `bapak’, kamu tidak akan mengerti. Itu pun sudah merupakan jawaban!

KALAU ANAK-ANAK TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN APA YANG ANDA INGINKAN?

Dibentur-benturkan aja kepalanya ke tembok! Apakah saya bisa andalkan anak saya dari pengetahuannya saja? Pengalaman. Anak pegang sepeda, kalau jatuh itu risiko saya. Si anak merasakan sakit. Tapi sebagaiseorang bapak, kalau anak luka, yang ngobatin luka itu siapa? Risiko si anaksakit, luka, berdarah, teriak-teriak. Karena itu dirasakan anak saya, saya ikut merasakan. Saya sebagai bapak harus bertanggung jawab. Saya

melaksanakan tugas saya sebagai bapak, sama dengan semua bapak dimana pun bapak-bapak berada. Tidak ada bedanya.

Usaha sudah besar, urusan makin banyak, sistem makin rumit. Bagaimana mempertahankan semua ini?

Saya kan sama anak-anak, tidak sendirian? Harus dilihat saya bersama anak-anak itu sebagai sebuah kebersamaan. Sudah lama saya tidak mengambil keputusan. Anak-anak saya suruh belajar naik sepeda.

Terserah mau ke mana dan bagaimana mereka naik sepeda. Kalau saya mengawasi terus, kapan dewasanya anak-anak?

TIDAK SELAMANYA ORANG BISA LURUS TERUS. KADANG MEYIMPANG, KADANG MELAKUKAN KESALAHAN?

Saya buka dan bebaskan. Kalau mau melakukan penyimpangan, melakukan kesalahan, silahkan! Bebas kok. Terserah. Seperti anak saya yang naik sepeda, kalau dia jatuh, dia sakit sendiri.

KESALAHAN YANG DISENGAJA MAUPUN YANG TIDAK?

Dua-duanya boleh. Merdeka kok!

KEDENGARANNYA KOK TIDAK ADA MEKANISME REWARD AND PUNISHMENT?

Punishment-nya itu bukan dari saya. Reward-nya juga bukan dari saya. Punishment juga karena kelakuan dia sendiri. Memangnya tugas bapak itu harus punish and reward? Memangnya polisi? Saya paling menghindari

perkataan punishment.

LEBIH UTAMA PENGALAMAN ATAU SESUATU YANG DIDAPAT DARI BANGKU SEKOLAH?

Saya tidak bisa ngomong karena saya nggak sekolah. Menurut istilah Andrias (penulis buku-buku best seller: red), saya ini orang yangbelajar, tetapi orang yang tidak pernah sekolah.

SIAPA GURU-GURU TERBAIK ANDA?

Alam. Saya melihat anak-anak, saya lihat pohon, matahari, jalanan, batu, sekeliling saya aja. Apa orang itu ndak bisa belajar dari batu? Banyak orang tua yang tidak rela anaknya tidak sekolah.

MUNGKIN ADA KEKHAWATIRAN KALAU TIDAK SEKOLAH NANTI TIDAK BISA HIDUP?

Apakah mereka tahu dengan sekolah itu anaknya bisa hidup? Apakah nggak sebaliknya, malah karena sekolah dia nggak akan bisa hidup? Kalau saya jadi kamu, segera setelah jadi orang tua, yang saya ingat adalah obrolan saya dengan Bob Sadino. Apakah sekolah itu jaminan bahwa anak

itu nanti akan berhasil? Saya hampir pasti kalau kamu jadi orang tua kamu akan paksa anakmu untuk sekolah. Kalau kamu orang tua yang percaya,

bahwa dengan sekolah anak itu bisa sukses, saya cenderung mengkategorikan kamu sebagai orang tua yang tidak bener. Pertama, kamu malas tidak mau mendidik anak sendiri. Kedua, kamu mengandalkan orang lain. Kalau kamu menghendaki anakmu melakukan setiap yang kamu inginkan, kamu orang tua yang paling egois. Bukankah setiap anak itu bebas memilih apa pun yang dia inginkan? Tanpa sadar kamu sedang memperkosa pikiran anakmu. Itu menurut Bob Sadino!

ADA PEMIKIRAN, PENDIDIKAN ADALAH WARISAN TERBAIK BAGI ANAK?

Kalau semua orang bilang begitu, saya yang akan bilang tidak! Kamu belum menarik garis sekolah itu apa, belajar itu apa. Alangkahprihatinnya

saya. Kasihan sekali pada orang tua yang mendidik anaknya, dengan menyuruh si anak masuk di sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding. Bukankah dunia ini lebar? Warisan disempitkan menjadi satu;

sekolah. Yang lain-lain nggak dianggap warisan, alangkah sempitnya pemikiran itu. Anak-anak saya ya saya sekolahkan. Tapi setelah itu saya bebaskan, mau apa terserah. Tidak pernah saya paksakan. Dan walau anak-anak saya selesai sekolah, ternyata mereka juga ndak senang sekolah.

APAKAH IDE-IDE SEMACAM INI BAGUS UNTUK ORANG-ORANG DI BANGKU SEKOLAH?

Saya selalu mengatakan, bagi mereka yang memaksakan kepingin sukses, jawaban saya sangat sederhana dan sangat tidak populer. Kalau kamu mau sukses, besok kamu berhenti sekolah. Dan jelas tidak ada satu orang pun yang mau nurut kata-kata saya. Padahal dia sedang mencari dan mengejar sukses. Mungkin orang merasa tidak aman jika meninggalkan sekolah dan tidak punya ijazah?

Kamu tahu berapa ribu sarjana yang nganggur. Apakah itu aman buat mereka? Kemarin saya ke IPB sedang mewisuda 1.200 sarjana. Dari 1.200 sarjana yang kemarin diwisuda itu, berapa yang dapat pekerjaan, saya tidak tahu. Yang saya tahu hanya beberapa gelintir saja. Artinya kamu menyekolahkan anak untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk pada suatu tempat yang tidak aman. Itu jelas sebetulnya. Tapi mengapa paradigmanya tidak pernah mau digeser-geser? Karena itu budaya dari nenek moyang. Orang tua maunya gampang. Sebetulnya sekolah itu hanya wakil saja dari orang tua. Kalau orang tua yang prihatin, ya dia didik sendiri anaknya.

WAKTU KECIL PERNAH PUNYA CITA-CITA?

Nggak punya cita-cita. Kamu bertanya, `benar nggak?’ berarti kamu tidak percaya sama saya, kan? Karena aneh, kan? Orang selalu tidak percaya jika saya ngomong yang sejujur-jujurnya.

BAGI ANDA APA MAKNA SUKSES ITU?

Bilamana apa yang saya harapkan, itu yang saya dapatkan, itulah sukses. Jadi kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya dapat makan, saya sudah sukses. Buat saya nasi sepiring itu sudah baik. Orang mencari macam-macam itu kan karena tidak pernah menghargai

nasi sepiring buat dimakan besok? Saya menghargai itu karena saya pernah lapar. Nasi sepiring itu punya arti besar, segunung sudah. Sesederhana itu! Nasi doang itu bagi saya sudah lebih baik daripada saya tidak makan. Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini. Orang yang tidak bisa menghargai sepiring nasi doang, karena mereka belum pernah lapar, kan? Mungkin perbedaan yang paling mencolok antara saya dengan begitu banyak orang adalah itu. Makan dianggap taken for granted, kewajaran, karena orang itu tidak punya masalah dengan makan. Tapi orang-orang di pinggir jalan itu, kamu tanya mereka.

ADA SAAT-SAAT KHUSUS UNTUK MEDITASI ATAU REFLEKSI DIRI?

Walah dengan saya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anak-anak, itu sebuah refleksi spontan, kan? Apakah itu sikap saya, tindakansaya, atau pembicaraan saya, saya mendapatkan refleksinya. Jadi saya tidak perlu

lagi merenung. Saya bicara dengan Anda, saya mendapatkan refleksi dari Anda. Refleksinyaoh, segala pertanyaan yang saya jawab anak ini ternyata bingung sendiri ha..ha..ha..

SETELAH SEPERTI SEKARANG INI, KE DEPAN APALAGI YANG ANDA HARAPKAN?

Dari awal saya bilang, besok itu saya mengharapkan bisa makan. Dan keesokan harinya saya bisa makan, dan saya puas. Apalagi yang saya harapkan? Karena itu makna sukses, kan? Sudah cukup. Nah, pulang nanti kamu dipaksa merenung! Bisa nggak menerjemahkan sang sufi ini

ha..ha..ha Kamu mengukur saya itu sekarang, kamu melihat saya serba

ada. Kamu lupa sepiring nasi buat saya itu ada, itulah titik ada pada

waktu saya punya sepiring nasi besok. Itu titik ada saya. Kalau saya melihat

titik pada waktu besok saya mau makan saya dapat nasi, itu sudah titik bagi

saya.*

Menurut Bob Sukses itu ga selalu berbenturan dengan modal bahkan pendidikan di sekolah pun belum bisa menjamin si anak itu bsia sukses, Misalkan . Tetangga Kamu pedagang telor keliling , dengan penghasilan sekian - sekian , kalau kamu Mau dan punya keinginan dan tekat kamu tinggal bilang ke tetangga kamu itu , ” Bu , Besok ibu ga usah cape - cape jualan dech , biar saya yang jualan keliling , upah nya berapa? ” kata kakek sukses ini .

Nama :Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam

Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)

Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)

Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981

Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618



“Dari Artikel di atas kita dapat belajar, bahwa latar belakang tidak selalu berbunungan dengan kesuksesan seseorang, dan intinya apapun latar belakang anda, anda bisa sukses “

P.S

Sumber Dan Refrensi:
 http://www.tokohindonesia.com/ensikloped…
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

 http://wwwentrepreneur-university.com dan PDAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Toko Buku Gunung Agung

TOKO GUNUNG AGUNG   Toko : Atrium Plaza    Alamat : Jl. Senen Raya No.135 Jakarta Pusat Kota : Jakarta Telp : (021) 386 2911 Fax : (021) 386 7831 http://www.tokogunungagung.co.id/index.php?go=show_location&id=6   Toko : Bandung Indah Plaza    Alamat : Jl.Merdeka No.56 Kota : Bandung Telp : (022) 424 1217, 424 0710 Ext. 248 Fax : (022) 421 4378 http://www.tokogunungagung.co.id/index.php?go=show_location&id=6   Toko : Blok M Plaza     Alamat : Jl.Bulungan Jakarta Selatan Kota : Jakarta Telp : (021) 720 9345 Fax : (021) 720 9344 http://www.tokogunungagung.co.id/index.php?go=show_location&id=6   Toko : Borobudur Plaza    Alamat : Jl.H.Juanda No.216 Bekasi Barat Kota : Bekasi Telp : (021) 881 2530 Fax : (021) 880 8346 http://www.tokogunungagung.co.id/index.php?go=show_location&id...