Langsung ke konten utama

Postingan

The Swordless Samurai-Samurai Sejati

Jepang abad ke-16 merupakan zaman pembantaian dan kegelapan. Zaman dimana satu-satunya hukum yang ada adalah hukum pedang. Dalam tatanan masyarakat hierarkis yang kaku dan melarang keras penyatuan kelas sosial, Hideyoshi lahir sebagai seorang anak petani miskin. Hideyoshi yang hanya setinggi 150 senti dan berbobot lima puluh kilogram serta tidak memiliki kemampuan bela diri, tampaknya mustahil untuk menjadi seorang samurai. Tetapi dialah yang menjadi pemenang tunggal dari perang berkepanjangan dan berhasil menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik selama lebih dari 100 tahun. Dialah Sang Samurai Tanpa Pedang. Ditulis dengan gaya bertutur dari sudut pandang pihak pertama, seolah-olah buku ini merupakan memoar Hideyoshi, sehingga kita akan terbawa ke dunia di mana Toyotomi Hideyoshi hidup. Aku tinggal di Jepang selama lebih dari satu dekade, dan di sana The Swordless Samurai adalah bacaan berharga bagi siapa saja — Ken Belson, New York Times rincian: 280 halaman, Harga buku Rp.

Tentang Pendidikan, Pelatihan dan Suluk

Kata Pengantar Tentang Pendidikan, Pelatihan dan Suluk (Thariqah) Silsilah buku ini tersusun dengan urutan sebagai beriukut : -                       Kitab Tarbiyatutan Ar-Ruhiyah. -                       KitabAl-Mustakhlish fi Tazkiyat Al-Anfus. -                       Kitab Mudzakkirat fi Manazil Ash-Shiddiqin War- Rabbaniyyin. Ada beberapa hal yang memotifasi kami menyusun buku ini, antara lain : 1.          Perlunya kebangkitan Islam dewasa ini –bahkan para pemuka dan penyeru agama Islam- untuk meningkatkan pemikiran nyata tentang tasawuf, dan perjalanan ruh (jiwa) dalam satu masa. Sesungguhnya penalaran yang nyata tentang tasawuf dapat menjaga dari kehanyutan yang ada dalam arusnya yang mahal, atau menjaga dari arus yang menerjang pada yang bukan pandangannya. Langkah yang mengarah pada ruh merupakan hal yang tak dapat diabaikan bagi anak pergerakan Islam. Dan dari sanalah diharapkan fiqih tentang tasawuf akan menjadi pemahaman tentang persoalan-persoalan undan

Kisah Heroik 20 Panglima Perang Islam

Kisah Heroik 20 Panglima Perang Islam Penulis            : Abdurrahman Wahyudi, M. SI Kategori         : Remaja, Dewasa, Umum Jumlah Hlm    : 266 Halaman (Bookman Old Style, 12 pt, 2 Spasi) 1.       Hamzah bin Abdul Muthalib 2.       Usamah bin Zaid 3.       Amr Bin Ash 4.       Khalid bin Walid 5.       Matsna 6.       Saad bin Abi Waqash 7.       Abu Ubaidah bin Jarrah 8.       Abu Salamah 9.       Abdullah bin Zubair 10.   Salman Al-Farisi 11.   Ja’far bin Abi Thalib 12.   Zaid bin Haritsah 13.   Zubair bin Awam 14.   Thariq bin Ziyad 15.   Salahuddin Al-Ayyubi 16.   Abdullah bin Rawahah 17.   Qutaibah bin Muslim 18.   Abdurrahman Al-Ghifaqi 19.   Shilah bin Asy-Yam Al-Adawi 20.   Abu Muslim Al-Khaulani          

Merancang Masa Depan Si Buah Hati

Sungguh malang anak-anak yang oleh orang-tua dijadikan ajang kompetesi. Kompetesi tidak buruk, tapi kalau sudah mengarah mempersaingkan anak-anak dengan anak-anak yang lain. Ini perlu kita renungkan kembali. Mungkin, sebagian orangtua dulunya kurang berhasil, jadi ketika mendapati anak-anak telah tumbuh begitu ‘manis’, keyakinan untuk berkompetisi timbul. Mulai dari kompetesi bayi tersenyum, tertawa, bicara, berjalan, mewarnai dan lain sebagainya. Ada perlunya kita simak kata Penelope Leach  berikut ini: "Perkembangan anak merupakan sebuah proses, bukan perlombaan. Kita bersikap seolah-olah anak yang bisa berjalan paling awal akan berjalan paling cepat, seolah-olah kata-kata pertama yang dia ucapkan merupakan pertanda bagi kalimat-kalimat bermakna yang akan diucapkannya nanti, dan seakan-akan prospek anak-anak sebagai seseorang yang cerdas, mandiri dan bersosialisasi bisa ditingkatkan dengan memacu mereka agar cepat melewati tahap tidak tahu apa-apa, bergantung, atau tak ter